Jumat, 25 Februari 2011

Sacrifice Of A Father

Tersebutlah seorang ayah yang sangat menyayangi putranya…
Dia bekerja sebagai penjaga jembatan rel kereta api. Tugasnya adalah menaikkan jembatan kalau ada kapal yang melintas di sungai di bawah jembatan itu, kemudian menurunkannya kembali untuk dilintasi kereta api.

Putranya sangat suka melihat kereta api, juga orang-orang yang bepergian dengannya… Di antara mereka ada orang-orang yang kesepian, ada orang-orang yang sedang marah, ada orang-orang yang egois, ada orang-orang yang terluka… dan banyak orang lainnya dengan sifat mereka masing-masing.

Suatu hari, seperti juga hari-hari lainnya, sebuah kapal melintas di bawah jembatan itu. Sang ayah segera menaikkan jembatan dan menyalakan lampu peringatan di atas rel kereta api. Lampu peringatan itu bernyala merah, yang berarti bagi masinis kereta api untuk mengurangi kecepatan. Tapi sebuah kesalahan terjadi… Masinis kereta tidak memperhatikan lampu peringatan itu, dan kecepatan kereta tidak berkurang!

Putra penjaga jembatan itu sedang memancing di pinggir sungai, ketika dia melihat kereta yang melaju kencang menuju jembatan. Sementara jembatan itu masih belum diturunkan, sebuah kapal sedang lewat di bawahnya! Anak kecil itu berlari menuju ayahnya di pos penjagaan sambil berteriak,
“Ayah! Ayah! Ada kereta yang datang terlalu cepat!”
Tapi ayahnya tidak mendengar karena suara kapal yang sedang lewat. Anak itu berseru lagi,
“Ayah! Ayah! Ada kereta yang datang terlalu cepat!” Tapi sekalipun dia berteriak keras, suara kecilnya tidak sanggup mengalahkan suara mesin kapal.

Menyadari bahaya yang sedang mengancam, dengan waktu yang sudah sangat singkat. Anak kecil yang pemberani itu kemudian berlari turun ke arah jembatan. Dia bermaksud menurunkan jembatan itu secara manual, dengan menaikkan tuas di bawah rel kereta jembatan itu! ketika dia sampai di sana, dia mengangkat penutup panel dan berusaha mengangkat tuas di bawahnya.

Ketika kapal sudah lewat, penjaga jembatan itu mengangkat wajahnya dan melihat kereta yang sedang melaju kencang ke arah jembatan. Hal pertama yang diingatnya adalah putranya! Dia segera berseru memanggil,
“Nigel!” Dia memandang mencari ke arah pinggir sungai tempat putranya tadi memancing tapi tidak melihat putranya. Seruannya segera berubah menjadi teriakkan, “Nigel!!!”

Dia kemudian melihat putranya di atas rel kereta, sedang berusaha menarik tuas untuk menurunkan jembatan. Tapi karena tuas itu terlalu berat, untuk seorang dewasa sekalipun, dia hanya bisa melihat dengan tidak berdaya ketika tubuh putranya jatuh ke bawah jembatan. Kepanikkan terlihat jelas di wajahnya, juga terdengar dari suara teriakkannya berkali-kali, “Nigel!!!”, “Nigel!!!...”

Kereta sudah sangat dekat dengan jembatan. Dia harus memilih antara dua pilihan yang sama-sama akan berakhir buruk; membiarkan semua orang di kereta untuk mati, atau menarik tuas dan membiarkan putranya diremukkan oleh jembatan…

Akhirnya dia menarik tuas dan berlari turun ke arah jembatan…

Kereta itu akhirnya melaju melalui jembatan dengan selamat. Seorang wanita di atas kereta memandang ke bawah kepada seorang laki-laki yang sedang menangis di pinggir rel. Tapi dia tidak tahu apa-apa tentang laki-laki itu. Seorang ayah yang baru saja mengorbankan nyawa putranya untuk keselamatan mereka…

Semua penumpang di kereta itu tetap sibuk dengan diri mereka masing-masing. Mereka melanjutkan hidup dengan tidak mengetahui dan tidak peduli dengan seorang laki-laki yang berjalan gontai dengan hati hancur dan air mata bercucuran, sambil menggendong tubuh hancur putranya…

Dia akhirnya duduk di atas rel sambil memeluk erat tubuh hancur itu… Putranya yang terkasih, untuk keselamatan orang-orang yang tak dikenalnya…

----------

Tahukah kita bahwa Bapa di Surga telah melakukan hal yang sama?
Untuk keselamatan semua, telah dikorbankan Dia yang paling dikasihi di Surga…
The salvation of all, required the Sacrifice of the One most dear…

Jembatan itu sudah dibangun…
Dengan harga yang terlalu mahal, karena memang hanya Cinta yang bisa…

Yesus Kristus menyerahkan nyawa-Nya buat orang-orang yang tidak layak menerimanya...
Cinta sendiri telah dikorbankan... Ya, karena hanya Cinta yang bisa...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar