Senin, 28 Februari 2011

Lukisan Seorang Prajurit

Ada seorang ayah dan anak dari sebuah keluarga kaya di Amerika. Mereka memiliki hobi mengumpulkan berbagai benda karya seni langka. Ayah dan anak ini memiliki koleksi lukisan Picasso dan Raphael. Seringkali mereka duduk dan mengagumi koleksi seni yang mereka miliki.

Suatu hari perang Vietnam dimulai. Amerika mengirimkan prajurit-prajuritnya ke medan perang, dan salah satunya adalah anak orang kaya itu. Tapi tak berapa lama di medan perang, sebuah berita menyedihkan sampai kepada sang ayah, anak yang dikasihinya itu tewas saat berusaha menyelamatkan seorang prajurit lainnya…

Beberapa bulan kemudian, menjelang hari Natal, seorang prajurit datang ke rumah orang kaya itu. Prajurit itu menyalaminya dan berkata,
“Tuan, Anda mungkin tidak kenal saya, tetapi saya adalah prajurit yang diselamatkan oleh anak Anda. Saat dia sedang berusaha menyelamatkan saya, sebuah peluru mengenai dadanya dan ia tewas... Sebelumnya, saya sering berbincang dengannya dan ia sering menceritakan kecintaan Anda akan seni.”

Anak muda itu mengeluarkan sebuah kotak, dan memberikannya kepada bapak itu.
“Saya tahu ini tidak seberapa, dan saya pun bukanlah seorang pelukis hebat, tetapi saya pikir anak Anda ingin Anda mendapatkan ini.”

Sang bapak membuka kotak yang berisi lukisan wajah putranya, yang dilukis olah anak muda itu. Dia kagum bagaimana si prajurit menggambarkan anaknya di lukisan itu, dan sangat terharu. Karena begitu berterima kasih, pria itu ingin membayar prajurit itu.
“Jangan tuan, saya tidak akan pernah dapat membayar pengorbanan anak Anda. Ini adalah sebuah hadiah.”

Bapak itu kemudian menggantung lukisan itu diantara koleksi-koleksinya. Dan setiap kali ada tamu, ia selalu memperlihatkan lukisan itu terlebih dahulu sebelum kepada lukisan-lukisan yang lain… Tapi beberapa waktu kemudian, bapak itu meninggal dunia. Dan karena tidak ada anggota keluarga dan ahli waris yang lain, lukisan-lukisan koleksinya akhirnya di lelang, termasuk lukisan putranya.

---------

Juru lelang mengetukkan palunya ke meja,
“Kami akan mulai dengan melelang lukisan putra dari pemilik lukisan-lukisan ini. Siapa yang mau menawar lukisan ini?”

Tidak ada orang yang mengangkat tangan atau bersuara, kebanyakan dari mereka yang menghadiri pelelangan itu adalah para kolektor benda seni langka. Mereka datang hanya untuk membeli benda dan lukisan terkenal. Jadi ketika juru lelang bertanya lagi,
“Siapa yang mau menawar lukisan ini?”
Seorang peserta lelang kemudian bersuara,
“Kami ingin melihat lukisan yang terkenal. Lewatkan saja yang satu ini.”

Tetapi juru lelang tersenyum dan berkata,
“Maaf tidak bisa. Ayo, siapa yang ingin menawar? 200 dolar, 100 dolar?” Namun tetap saja tidak ada yang mau menawar.

Juru lelang tetap saja dengan tenang terus menawarkan lukisan itu, sampai akhirnya seorang pria yang terlihat biasa saja mengangkat tangannya,
“Saya tawar 10 dolar...”

“Baik… 10 dolar… Ada yang mau menawar lebih tinggi?”
Semua peserta lelang saling memandang sekeliling, tapi tidak ada lagi yang memberikan tawaran.

Juru lelang akhirnya mengetukkan palunya.
“Baiklah, terjual 10 dolar kepada bapak dengan jas abu-abu! Pelelangan saya tutup! Terima kasih.”

Semua peserta pelelangan kebingungan, kenapa pelelangan sudah di tutup, padahal belum ada satupun lukisan lain yang terjual. Ada yang saling bertanya, sementara yang lainnya mulai mengajukan protes.

“Mohon maaf, pelelangan sudah selesai. Ketika saya diminta untuk memimpin pelelangan ini, saya diberi pesan berdasarkan wasiat dari pemilik lukisan. Hanya lukisan anaknya yang dilelang. Siapapun yang membeli lukisan anaknya, akan mewarisi semua kekayaan dan juga semua koleksi lukisannya. Jadi bapak yang membeli lukisan anaknya inilah yang mendapatkan semuanya!”

----------

Tahukah kita bahwa hal yang sama ditawarkan kepada dunia, juga saudara dan saya. Barang siapa menerima Anak-Nya, akan dikaruniai dengan keselamatan, beserta segala berkat dan kuasa yang terkandung di dalam-Nya…

Kadang tanpa kita sendiri sadari!
Well, now you know!

Tuhan Yesus memberkati…

Sebuah Hadiah Dari Tuhan

Hari itu adalah hari pertama masuk SMA, saya melihat seorang anak dari kelas saya pulang sekolah dengan membawa semua bukunya, namanya Kyle. Saya berpikir, “Mengapa dia membawa pulang semua bukunya di hari Jumat? Pasti dia orang yang aneh.” Saya sendiri sudah memiliki rencana untuk akhir minggu ini, pesta dan nonton pertandingan sepakbola. Jadi saya mengangkat bahu dan kembali berjalan pulang.

Tapi kemudian saya melihat beberapa anak lain berlari melewati Kyle dan menyenggolnya. Kyle terjatuh dengan buku-bukunya berhamburan, kacamatanya terlempar dan saya berdiri sekitar sepuluh kaki di belakangannya. Saya merasa kasihan, jadi saya mendekati dan membantunya bangun.

Dia menatap saya dan berkata, “Terima kasih!” Saya membantu memunguti buku-bukunya, dan bertanya dimana dia tinggal. Sepanjang perjalanan pulang, kami banyak berbincang dan saya membawakan beberapa bukunya. Ternyata dia anak yang cukup asik. Saya mengajaknya untuk bermain bola Sabtu besok dengan teman-teman saya, dan dia menjawab, “ya.”

Selama empat tahun kemudian, kami menjadi teman baik. Dan selama itu, Kyle menjadi salah satu dari siswa yang paling hebat di SMA kami. Sangat bersemangat dan terlihat gagah dengan kacamatanya. Lebih banyak gadis yang menyukai dia dari pada saya. Terkadang saya iri juga kepadanya.
Hingga hari kelulusan menjelang, Kyle yang lulus dengan nilai terbaik diminta untuk menyampaikan pidato perpisahan.

Pada hari kelulusan, Kyle terlihat sangat gugup menjelang pidatonya, jadi saya menepuk pundaknya dari belakang, “Kamu pasti hebat!” Dia melihat saya dan tersenyum. “Terima kasih.”

Ketika dia mulai berpidato, dia menarik nafas panjang dan berkata,
“Kelulusan adalah waktu untuk berterima kasih kepada mereka yang menolong kita menjalani tahun-tahun yang berat. Orang tua kita, guru kita, saudara kita, mungkin pelatih..., tetapi yang terutama adalah teman-teman. Saya disini untuk memberi tahu Anda bahwa menjadi teman seseorang adalah hadiah terindah yang bisa Anda berikan. Saya akan menceritakan sebuah cerita kepada Anda...”

Saya hanya memandang sahabat saya itu dengan rasa tidak percaya, ketika ia mulai menceritakan perjumpaan pertama kali kami saat ia jatuh dengan buku-bukunya itu. Saat itu ternyata dia sedang merencanakan untuk bunuh diri di akhir minggu itu. Dia mengatakan sengaja membawa semua benda miliknya pulang, sehingga ibunya tidak perlu lagi melakukannya nanti. Dia memandang lurus kearah saya dan tersenyum,
“Untunglah saya diselamatkan. Sahabat saya telah melakukan sesuatu yang tidak terkatakan.”

Saya mendengar tepuk tangan dari kerumunan bagi sahabat saya yang menceritakan masa terlemah dalam hidupnya itu. Saya melihat ayah dan ibunya memandang saya dengan senyuman penuh terima kasih. Hingga saat ini, saya tidak pernah tahu bahwa apa yang saya lakukan ternyata berdampak begitu besar.

----------

Ketika kita hidup untuk menjadi berkat, akan ada waktu-waktu ketika semuanya terasa sia-sia dan tidak ada gunanya. Semua karya dan kebaikan yang kita lakukan seakan-akan tidak berdampak apa-apa.

Tapi kita tahu kita tidak boleh berhenti.

Dampak yang kita berikan buat sekeliling, tidak keluar dari ‘kebaikan-kebaikan besar’ yang kita lakukan ‘sekali-sekali.’ Tapi dari perbuatan-perbuatan kecil yang ‘terus-menerus’ memancarkan Kasih Kristus.

Jangan berhenti mengasihi, jangan berhenti berkarya, jangan berhenti bersinar walaupun sukar… Karena setiap usaha yang kita lakukan bersama Tuhan, tidak pernah kembali dengan sia-sia.

Minggu, 27 Februari 2011

Masa-masa Sulit

Saat itu tahun 1968, Charles Swindoll sedang dalam perjalanan dengan pesawat menuju New York, sebuah penerbangan rutin yang membosankan…

Tetapi kali ini sepertinya tidak. Saat pesawat bersiap untuk mendarat, pilot menyadari bahwa roda pesawat tidak bisa diturunkan. Pesawat harus mendarat secara darurat. Penumpang akhirnya diberitahu untuk menundukkan kepala dan menempatkannya di antara kedua kaki mereka sambil memegang pergelangan kaki untuk mengurangi dampak kecelakaan.

Kemudian, beberapa menit sebelum pendaratan darurat itu dilakukan, pilot membuat pengumuman melalui pengeras suara,
“Kita akan mulai melakukan pendaratan. Saat ini, sesuai dengan Peraturan Penerbangan Internasional Jenewa, sudah menjadi tanggung jawab saya untuk memberitahu bagi anda yang percaya kepada Tuhan untuk memanjatkan doa.”

Pendaratan dapat dilakukan dengan baik. Tidak ada yang terluka, selain kerusakan besar pada pesawat, dan maskapai penerbangan akan mengingat hal itu untuk waktu yang lama…

Di Amerika Serikat, pada saat-saat krisis, bencana, ancaman bahaya, Juru Bicara Pemerintahan akan membuat pengumuman melalui media, supaya masyarakat tetap tenang dan berdoa…

Dalam keadaan sulit, dalam keadaan tidak mampu lagi secara manusia, biasanya kita lebih bisa untuk mengandalkan Tuhan. Dan bukankah terbukti dari masa ke masa, ketika orang-orang berseru kepada Tuhan, mujizat terjadi? Sekalipun kita berseru kepada Tuhan hanya pada saat-saat terakhir…

----------

Tapi tulisan ini justru untuk mengingatkan kita, bahwa bukan hanya pada masa-masa sulit kita bisa mengandalkan Tuhan. Bukan hanya pada masa-masa sulit kita bisa melihat keajaiban! Keajaiban disediakan setiap hari, bagi orang-orang yang dikasihi-Nya. Kita bisa berseru kepada-Nya setiap saat, karena setiap saat, keajaiban disediakan bagi kita!

Sometimes, we just forget to ask...

Sabtu, 26 Februari 2011

THE MIRACLE OF 4 SEASON

Seorang ayah menyuruh keempat anaknya ke hutan melihat sebuah pohon pir.

Anak ke-1 disuruhnya pergi pada musim DINGIN
Anak ke-2 pada musim SEMI
Anak ke-3 pada musim PANAS
dan yg ke-4 pada musim GUGUR

Lalu masing2 dari mereka pulang dan memberikan pendapat yang berbeda;

Anak 1: pohon pir itu tampak sangat jelek dan batangnya bengkok.
Anak 2: pohon itu dipenuhi kuncup2 hijau yg menjanjikan.
Anak 3: pohon itu dipenuhi dg bunga2 yg menebarkan bau yg harum.
Anak 4: ia tdk setuju dgn saudaranya, ia berkata bhw pohon itu penuh dengan buah yg matang dan ranum.

Sang ayah berkata: "kalian semua benar, hanya saja kalian melihat di waktu yg berbeda. Mulai skrg jangan pernah menilai kehidupan hanya berdasarkan satu masa yg sulit saja, selalu akan ada masa 4 musim yg sempurna! "

Saat mengalami 1 musim sulit, nantikan saja siklus musim berikutnya. Kerjakan saja apa yang menjadi bagian kita, dan biarkan Tuhan untuk melakukan apa yang dikehendaki-Nya

Jika kita tidak bersabar ketika berada di musim dingin,
Maka kita akan kehilangan musim semi dan musim panas yg menjanjikan harapan,
Dan kita tidak akan memanen hasil terbaik pada musim gugur...

Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan -Yer 29:11-

Ke Dalam Tangan Sang Maestro

Suatu hari, di depan gerbang sebuah jembatan di salah satu kota di Eropa, berdiri seorang yang buta. Untuk mencari nafkahnya, setiap hari dia berdiri di situ sambil memainkan biola tuanya. Di hadapannya diletakkannya sebuah kaleng kosong tempat orang-orang yang lewat menaruh uang receh…

Suatu hari lewat seorang yang berpakaian rapi dengan jubah panjang. Dari kejauhan dia memperhatikan permainan orang buta itu, dan ketika sudah dekat dia menyadari kalau kaleng uang orang buta itu hampir tidak berisi sama sekali…
Akhirnya dia mendekati orang buta itu untuk meminjam biolanya,
“Maaf pak, bolehkah saya meminjam biola bapak? Ijinkan saya memainkan sebuah lagu…” katanya dengan ramah.
Orang buta itu sedikit terkejut, tapi mendengarkan nada bicara yang ramah dari orang yang berbicara kepadanya, dia menjawab dengan tersenyum,
“Wah, maaf tuan, tidak biasa, saya tidak mengenal anda. Lagipula biola ini harta saya satu-satunya dan saya gunakan untuk mencari nafkah…”
“Saya mengerti, saya berjanji tidak akan merusak biola anda, percayalah…”

Orang buta itu menyerahkan biolanya dengan ragu-ragu…
Tapi keraguannya segera berubah menjadi kekaguman yang luar biasa ketika orang berjubah panjang itu mulai memainkan biola tuanya… Nada-nada yang sangat merdu mulai terdengar memenuhi gerbang jembatan itu. Orang-orang yang lewat mulai mengerumuni mereka berdua. Ada keheningan yang tercipta ketika semua orang yang lewat berhenti untuk mendengarkan suara musik yang luar biasa itu…

Orang buta itu mendengar dengan takjub, dia sendiri tidak tahu kalau biola tuanya bisa mengeluarkan suara semerdu itu! Kaleng uangnya sekarang tidak lagi kosong. Banyak uang lain yang berserakkan di dekat kaleng uangnya karena tidak ada lagi ruang kosong.

Setelah beberapa saat, orang berjubah panjang itu akhirnya menghentikan permainannya. Dia mengucapkan terima kasih kepada kerumunan, kemudian mengembalikan biola kepada orang buta itu.
“Terima kasih, sekarang saya harus pergi.”
Dengan penuh rasa terima kasih, orang buta itu berkata,
“Terima kasih kembali tuan, bolehkah saya tahu siapa nama anda?”
Orang berjubah panjang itu tersenyum, dia berkata pelan sambil melangkah pergi,
“Paganini…”

----------

Sesungguhnya kita tidak akan pernah mengetahui seberapa hebat hidup kita bisa diubahkan, sampai kita menyerahkannya kedalam tangan Sang Maestro Agung, Yesus Kristus. Kita tidak akan pernah mengetahui perkara-perkara hebat yang bisa terjadi dalam hidup kita, sampai kita mengijinkan Dia memegang hidup kita dalam tangan-Nya…

Jangan ragu mempercayakan hidup kepada-Nya, Dia tahu persis apa yang sedang Dia lakukan…

Jumat, 25 Februari 2011

Sacrifice Of A Father

Tersebutlah seorang ayah yang sangat menyayangi putranya…
Dia bekerja sebagai penjaga jembatan rel kereta api. Tugasnya adalah menaikkan jembatan kalau ada kapal yang melintas di sungai di bawah jembatan itu, kemudian menurunkannya kembali untuk dilintasi kereta api.

Putranya sangat suka melihat kereta api, juga orang-orang yang bepergian dengannya… Di antara mereka ada orang-orang yang kesepian, ada orang-orang yang sedang marah, ada orang-orang yang egois, ada orang-orang yang terluka… dan banyak orang lainnya dengan sifat mereka masing-masing.

Suatu hari, seperti juga hari-hari lainnya, sebuah kapal melintas di bawah jembatan itu. Sang ayah segera menaikkan jembatan dan menyalakan lampu peringatan di atas rel kereta api. Lampu peringatan itu bernyala merah, yang berarti bagi masinis kereta api untuk mengurangi kecepatan. Tapi sebuah kesalahan terjadi… Masinis kereta tidak memperhatikan lampu peringatan itu, dan kecepatan kereta tidak berkurang!

Putra penjaga jembatan itu sedang memancing di pinggir sungai, ketika dia melihat kereta yang melaju kencang menuju jembatan. Sementara jembatan itu masih belum diturunkan, sebuah kapal sedang lewat di bawahnya! Anak kecil itu berlari menuju ayahnya di pos penjagaan sambil berteriak,
“Ayah! Ayah! Ada kereta yang datang terlalu cepat!”
Tapi ayahnya tidak mendengar karena suara kapal yang sedang lewat. Anak itu berseru lagi,
“Ayah! Ayah! Ada kereta yang datang terlalu cepat!” Tapi sekalipun dia berteriak keras, suara kecilnya tidak sanggup mengalahkan suara mesin kapal.

Menyadari bahaya yang sedang mengancam, dengan waktu yang sudah sangat singkat. Anak kecil yang pemberani itu kemudian berlari turun ke arah jembatan. Dia bermaksud menurunkan jembatan itu secara manual, dengan menaikkan tuas di bawah rel kereta jembatan itu! ketika dia sampai di sana, dia mengangkat penutup panel dan berusaha mengangkat tuas di bawahnya.

Ketika kapal sudah lewat, penjaga jembatan itu mengangkat wajahnya dan melihat kereta yang sedang melaju kencang ke arah jembatan. Hal pertama yang diingatnya adalah putranya! Dia segera berseru memanggil,
“Nigel!” Dia memandang mencari ke arah pinggir sungai tempat putranya tadi memancing tapi tidak melihat putranya. Seruannya segera berubah menjadi teriakkan, “Nigel!!!”

Dia kemudian melihat putranya di atas rel kereta, sedang berusaha menarik tuas untuk menurunkan jembatan. Tapi karena tuas itu terlalu berat, untuk seorang dewasa sekalipun, dia hanya bisa melihat dengan tidak berdaya ketika tubuh putranya jatuh ke bawah jembatan. Kepanikkan terlihat jelas di wajahnya, juga terdengar dari suara teriakkannya berkali-kali, “Nigel!!!”, “Nigel!!!...”

Kereta sudah sangat dekat dengan jembatan. Dia harus memilih antara dua pilihan yang sama-sama akan berakhir buruk; membiarkan semua orang di kereta untuk mati, atau menarik tuas dan membiarkan putranya diremukkan oleh jembatan…

Akhirnya dia menarik tuas dan berlari turun ke arah jembatan…

Kereta itu akhirnya melaju melalui jembatan dengan selamat. Seorang wanita di atas kereta memandang ke bawah kepada seorang laki-laki yang sedang menangis di pinggir rel. Tapi dia tidak tahu apa-apa tentang laki-laki itu. Seorang ayah yang baru saja mengorbankan nyawa putranya untuk keselamatan mereka…

Semua penumpang di kereta itu tetap sibuk dengan diri mereka masing-masing. Mereka melanjutkan hidup dengan tidak mengetahui dan tidak peduli dengan seorang laki-laki yang berjalan gontai dengan hati hancur dan air mata bercucuran, sambil menggendong tubuh hancur putranya…

Dia akhirnya duduk di atas rel sambil memeluk erat tubuh hancur itu… Putranya yang terkasih, untuk keselamatan orang-orang yang tak dikenalnya…

----------

Tahukah kita bahwa Bapa di Surga telah melakukan hal yang sama?
Untuk keselamatan semua, telah dikorbankan Dia yang paling dikasihi di Surga…
The salvation of all, required the Sacrifice of the One most dear…

Jembatan itu sudah dibangun…
Dengan harga yang terlalu mahal, karena memang hanya Cinta yang bisa…

Yesus Kristus menyerahkan nyawa-Nya buat orang-orang yang tidak layak menerimanya...
Cinta sendiri telah dikorbankan... Ya, karena hanya Cinta yang bisa...

Aku sudah mendengarkannya

Suatu malam saya bekerja keras untuk menolong seorang ibu di sebuah bangsal rumah sakit, tapi akhirnya dia meninggal dan meninggalkan bayi prematur yang sangat mungil serta seorang anak perempuan berusia 2 tahun yang menangis…

Kami mengalami kesulitan untuk menjaga agar si bayi tetap hidup, karena kami tidak punya inkubator (kami tidak punya listrik untuk menyalakan inkubator), kami juga tidak punya makanan khusus bayi. Meskipun kami tinggal di daerah khatulistiwa Afrika, malam harinya seringkali sangat dingin dengan angin kencang.

Salah seorang muridku menaruh bayi itu dalam box dan membungkusnya dengan kain wol. Yang lain menyalakan api dan mengisi botol air panas. Muridku yang mengisi botol air panas kembali dengan kebingungan sambil bercerita bahwa botolnya meledak saat sedang diisi air panas (karet mudah rusak dalam kondisi cuaca tropis). Dan itu adalah botol air panas kami yang terakhir.
“Baiklah,” kataku, “taruh bayi itu didekat api dalam jarak yang cukup aman, dan tidurlah diantara bayi itu dengan pintu untuk menjaganya dari angin. Tugasmu adalah menjaga bayi itu tetap hangat.”

Besoknya, seperti hari-hari sebelumnya, aku pergi berdoa dengan anak-anak yatim piatu...
Sebelum berdoa aku menceritakan kepada mereka tentang bayi itu dan kakaknya. Juga tentang botol air panas dan bagaimana bayi bisa dengan mudah meninggal bila kedinginan. Dan ketika kami mulai berdoa, seorang gadis kecil berusia 10 tahun bernama Ruth berdoa,
“Tolong, Tuhan” Ruth berdoa, “kirimkan botol air. Tapi jangan besok Tuhan, karena bayinya bisa mati, jadi tolong kirim sore ini.”

Saat aku menarik napas karena keberaniannya dalam berdoa, dia menambahkan,
“Dan saat Engkau mengirimkan botol air itu, maukah Engkau mengirimkan juga boneka untuk gadis kecil itu, supaya dia tahu bahwa Engkau sungguh mengasihinya?“
Aku berkata “Amin” dengan ragu-ragu. Aku tahu Tuhan dapat melakukan segalanya, Alkitab mengatakan demikian. Tapi pasti ada batasnya, kan ? (pikiran manusia memang selalu ingin membatasi kuasa Tuhan).

Menjelang sore, ketika aku sedang mengajar di sekolah pelatihan perawat, sebuah parcel dikirimkan dengan mobil di depan pintu rumahku. Saat aku sampai di rumah, mobilnya sudah pergi, tapi di beranda ada dua puluh dua pon parcel yang sangat besar…

Aku meminta anak-anak yatim piatu untuk membantuku membuka parcel itu…
Bersama-sama kami menarik talinya, dengan hati-hati membuka simpulnya. Sebanyak 30 atau 40 pasang mata melihat ke dalam kardus tersebut. Dari atas, kami mengeluarkan baju rajutan berwarna cerah, Ada perban untuk pasien, lalu ada sekotak kismis.
Lalu, aku memasukkan tanganku lagi, dan menarik keluar sebuah botol air panas karet. Aku menangis terharu, kami memang meminta Tuhan untuk mengirimkannya. Aku hanya tidak percaya bahwa Dia benar-benar melakukannya.

Ruth ada di barisan depan dari anak-anak. Ia cepat-cepat maju sambil menangis, ”Jika Tuhan mengirimkan botolnya, Dia pasti mengirimkan bonekanya juga!”
Dan dari bagian bawah kotak, dia menarik sesuatu yang mungil, boneka bergaun indah. Mata Ruth berkilau! Dia tidak pernah ragu! Sambil melihatku dia berkata, ”Bolehkah aku pergi bersamamu dan memberikan boneka ini kepada gadis kecil itu, supaya dia tahu Yesus sangat mencintainya?...”
“Ya Ruth, Ya…” Kataku terharu.

Ternyata parcel ini telah dipersiapkan dan dikirim 5 bulan lalu. Dibungkus oleh Siswa Kelas Hari Mingguku di Amerika, yang saat mempersiapkan parcel itu, Tuhan telah mengingatkan untuk mengirimkan botol air panas juga. Lalu salah satu dari siswaku juga telah memberikan boneka untuk dikirimkan ke anak Afrika.

Dan itu semua terjadi 5 bulan sebelumnya, sebagai jawaban dari doa seorang anak gadis 10 tahun untuk membawanya “sore ini.”

“Maka sebelum mereka memanggil, Aku sudah menjawabnya; ketika mereka sedang berbicara, Aku sudah mendengarkannya.“ (Yesaya 65:24)

Kamis, 24 Februari 2011

Jadilah KUAT

Pasar malam dibuka di sebuah kota. Penduduk menyambutnya dengan gembira. Berbagai macam permainan, stand makanan dan pertunjukan diadakan. Salah satu yang paling istimewa adalah atraksi manusia kuat.

Begitu banyak orang setiap malam menyaksikan unjuk kekuatan otot manusia kuat ini. Manusia kuat ini mampu melengkungkan baja tebal hanya dengan tangan telanjang. Tinjunya dapat menghancurkan batu bata tebal hingga berkeping-keping. Ia mengalahkan semua pria di kota itu dalam lomba panco. Namun setiap kali menutup pertunjukkannya ia hanya memeras sebuah jeruk dengan genggamannya. Ia memeras jeruk tersebut hingga ke tetes terakhir. 'Hingga tetes terakhir', pikirnya.

Manusia kuat lalu menantang para penonton: "Hadiah yang besar kami sediakan kepada barang siapa yang bisa memeras hingga keluar satu tetes saja air jeruk dari buah jeruk ini!"

Kemudian naiklah seorang lelaki, seorang yang atletis, ke atas panggung.

Tangannya kekar. Ia memeras dan memeras... dan menekan sisa jeruk... tapi tak setetespun air jeruk keluar. Sepertinya seluruh isi jeruk itu sudah terperas habis. Ia gagal. Beberapa pria kuat lainnya turut mencoba, tapi tak ada yang berhasil. Manusia kuat itu tersenyum-senyum sambil berkata : "Aku berikan satu kesempatan terakhir, siapa yang mau mencoba?"

Seorang wanita kurus setengah baya mengacungkan tangan dan meminta agar ia boleh mencoba. "Tentu saja boleh nyonya. Mari naik ke panggung." Walau dibayangi kegelian di hatinya, manusia kuat itu membimbing wanita itu naik ke atas pentas. Beberapa orang tergelak-gelak mengolok-olok wanita itu. Pria kuat lainnya saja gagal meneteskan setetes air dari potongan jeruk itu apalagi ibu kurus tua ini. Itulah yang ada di pikiran penonton.

Wanita itu lalu mengambil jeruk dan menggenggamnya. Semakin banyak penonton yang menertawakannya. Lalu wanita itu mencoba memegang sisa jeruk itu dengan penuh konsentrasi. Ia memegang sebelah pinggirnya, mengarahkan ampas jeruk ke arah tengah, demikian terus ia ulangi dengan sisi jeruk yang lain. Ia terus menekan serta memijit jeruk itu, hingga akhirnya memeras... dan "ting!" setetes air jeruk muncul terperas dan jatuh di atas meja panggung.

Penonton terdiam terperangah. Lalu cemoohan segera berubah menjadi tepuk tangan riuh.

Manusia kuat lalu memeluk wanita kurus itu, katanya, "Nyonya, aku sudah melakukan pertunjukkan semacam ini ratusan kali. Dan, banyak orang pernah mencobanya agar bisa membawa pulang hadiah uang yang aku tawarkan, tapi mereka semua gagal. Hanya Anda satu-satunya yang berhasil memenangkan hadiah itu.

Boleh aku tahu, bagaimana Anda bisa melakukan hal itu?"

"Begini," jawab wanita itu, "Aku adalah seorang janda yang ditinggal mati suamiku. Aku harus bekerja keras untuk mencari nafkah bagi hidup kelima anakku. Jika engkau memiliki tanggungan beban seperti itu, engkau akan mengetahui bahwa selalu ada tetesan air walau itu di padang gurun sekalipun.

Engkau juga akan mengetahui jalan untuk menemukan tetesan itu. Jika hanya memeras setetes air jeruk dari ampas yang engkau buat, bukanlah hal yang sulit bagiku".

"Selalu ada tetesan setelah tetesan terakhir. Aku telah ratusan kali mengalami jalan buntu untuk semua masalah serta kebutuhan yang keluargaku perlukan. Namun hingga saat ini aku selalu menerima tetes berkat untuk hidup keluargaku. Aku percaya Tuhanku hidup dan aku percaya tetesan berkat-Nya tidak pernah kering, walau mata jasmaniku melihat semuanya telah kering. Aku punya alasan untuk menerima jalan keluar dari masalahku. Saat aku mencari, aku menerimanya karena ada pribadi yang mengasihiku."

--------------------------

Seringkali kita tak kuat melakukan sesuatu karena tak memiliki alasan yang cukup kuat untuk menerima hal tersebut....

"Bila Anda memiliki alasan yang cukup kuat, Anda akan menemukan jalannya", demikian kata seorang bijak.

Jadilah KUAT.. Jadilah KUAT... oleh KUAT KUASA-NYA

"Akhirnya, hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-Nya"

Efesus 6:10

NILAI MANUSIA

Seorang professor diundang untuk berbicara di sebuah basis militer. Di sana, ia berjumpa dengan seorang prajurit yang tak mungkin dilupakannya, Ralph, penjemputnya di bandara.

Setelah saling memperkenalkan diri, mereka menuju tempat pengambilan bagasi. Ketika berjalan keluar, Ralph sering menghilang. Banyak hal dilakukannya. Ia membantu seorang wanita tua yang kopornya jatuh dan terbuka, kemudian mengangkat dua anak kecil agar mereka dapat melihat sinterklas. Ia juga menolong orang yang tersesat dengan menunjukkan arah yang benar.

Setiap kali, ia kembali ke sisi sang professor dengan senyum lebar menghiasi wajahnya.
Dari mana Anda belajar melakukan semua hal itu ? tanya sang professor.
Melakukan apa ? tanya Ralph.
Dari mana Anda belajar untuk hidup seperti itu ? desak sang professor.
Oh, kata Ralph, selama perang .....
Saya kira, perang telah mengajari saya banyak hal.

Lalu ia menuturkan kisah perjalanan tugasnya di Vietnam . Juga tentang tugasnya saat membersihkan ladang ranjau, dan bagaimana ia harus menyaksikan satu per satu temannya tewas terkena ledakan ranjau di depan matanya.

Saya belajar untuk hidup di antara pijakan setiap langkah. katanya ........
Saya tidak pernah tahu, apakah langkah berikutnya adalah pijakan terakhir, sehingga saya belajar untuk melakukan segala sesuatu yang sanggup saya lakukan tatkala mengangkat dan memijakkan kaki serta mensyukuri langkah sebelumnya.

Setiap langkah yang saya ayunkan merupakan sebuah dunia baru, dan saya kira sejak saat itulah saya menjalani kehidupan seperti ini. Kelimpahan hidup tidak ditentukan oleh berapa lama kita hidup, tetapi sejauh mana kita menjalani kehidupan yang bermakna bagi orang lain.

---------------------------------------------------------------------------------
Nilai manusia .......
tidak ditentukan dengan bagaimana ia mati, melainkan bagaimana ia hidup.
Kekayaan manusia bukan apa yang ia peroleh, melainkan apa yang telah ia berikan.
Selamat menikmati setiap langkah hidup Anda dan BERSYUKURLAH SETIAP SAAT

Banyak orang berpikir bagaimana mengubah dunia ini.
Hanya sedikit yang memikirkan bagaimana mengubah dirinya sendiri..

Rabu, 23 Februari 2011

Pertolongan Tuhan selalu tepat pada waktunya

Pada setiap Minggu siang, yaitu sesudah ibadah pagi berakhir, Pak Pendeta dengan anak laki-lakinya yang berumur 11 tahun selalu pergi ke kota untuk membagikan traktat. Namun pada hari Minggu siang itu udara di luar terasa sangat dingin karena hujan telah menyirami bumi sejak pagi. Ketika saat untuk membagikan traktat tiba, anak laki-laki itu mulai bersiap-siap mengenakan baju hangatnya dan berkata, "Aku sudah siap, Pa!"

"Siap untuk apa?" Pendeta itu menjawab.

"Pa, bukankah ini waktu bagi kita untuk membagikan traktat-traktat ini?".

Pendeta itu menjawab, "Nak... di luar udara sangat dingin dan hujan masih turun."

Anak itu memandang papanya dengan penuh keheranan, "Tapi Pa, meskipun hujan turun, bukankah masih ada banyak orang yang belum mengenal Yesus dan mereka nanti akan masuk neraka?"

Pendeta itu menjawab, "Tapi nak... aku tidak ingin pergi dalam cuaca seperti ini."

Dengan sedih anak itu memohon, "Pa... aku harus pergi, boleh, kan?"

Pendeta itu ragu-ragu sejenak lalu berkata, "Kamu tetap ingin pergi? Kalau begitu, ini traktat-traktatnya dan hati-hatilah di jalan, ya."

"Terima kasih, Pa!!!" Lalu anak itu bergegas meninggalkan rumah dan pergi menembus hujan dan udara luar yang sangat dingin.

Anak laki-laki berusia sebelas tahun ini berjalan di sepanjang jalan-jalan kota sambil membagi-bagikan traktat Injil dari rumah ke rumah. Setiap orang yang ditemuinya di jalan diberinya traktat. Sesudah 2 jam berjalan di tengah-tengah hujan, anak ini menggigil kedinginan tapi masih ada satu traktat Injil terakhir yang masih di tangannya. Lalu ia berhenti di suatu sudut jalan dan mencari seseorang yang dapat diberinya traktat, tapi jalanan itu sudah sepi sama sekali. Lalu ia menuju ke rumah pertama yang dilihatnya di ujung jalan itu. Ia berjalan mendekati pintu depan rumah itu dan membunyikan bel.

Setelah ia memencet bel, tidak ada jawaban dari dalam. Lalu ia memencet bel lagi dan lagi, tapi tetap tidak ada jawaban. Ditunggunya lagi beberapa waktu, namun masih saja tidak ada jawaban. Akhirnya, anak laki-laki ini memutuskan untuk pergi, tapi ada sesuatu yang mencegah keinginannya untuk pergi, maka sekali lagi, dia menuju pintu, memencet bel dan mengetuk pintu keras-keras dengan tangannya. Ia menunggu, ada perasaan kuat yang membuatnya tetap ingin menunggu di depan rumah itu. Dia memencet bel lagi, dan kali ini pintu itu perlahan-lahan dibuka.

Nampak seorang wanita yang berwajah sedih berdiri di depan pintu. Wanita itu dengan pelan bertanya, "Ada apa, nak? Apa yang dapat kulakukan untukmu?"

Dengan mata bersinar-sinar dan tersenyum, anak laki-laki ini berkata, "Ibu, maafkan aku karena mengganggumu, tapi aku hanya ingin mengatakan bahwa Yesus sungguh-sungguh mengasihimu, dan aku datang ke rumah ini untuk memberikan traktat Injil terakhir yang aku miliki. Traktat Injil ini akan menolong Ibu untuk dapat mengetahui segala sesuatu tentang Yesus dan Kasih-Nya yang besar."

Anak itu memberikan traktat terakhirnya kepada wanita itu dan ia segera pergi. Saat beranjak pergi, wanita itu berkata, "Terima kasih, Nak! Tuhan memberkatimu!"

Hari Minggu berikutnya, Pak Pendeta, papa dari anak laki-laki tadi, berdiri di balik mimbar dan memulai ibadahnya dengan pertanyaan, "Adakah di antara jemaat yang ingin memberikan kesaksian atau ingin membagikan sesuatu?"

Di barisan kursi paling belakang, seorang wanita terlihat perlahan-lahan berdiri. Saat ia mulai bicara, nampak wajahnya berseri-seri dan ia berkata,"Tidak satupun di antara anda yang mengenal aku. Aku belum pernah ke gereja ini sebelumnya. Anda perlu ketahui, hari Minggu yang lalu aku bukanlah seorang Kristen. Suamiku telah meninggal beberapa waktu yang lalu dan meninggalkan aku sendiri di dunia ini."

"Hari Minggu yang lalu," lanjut wanita itu, "dinginnya hatiku melebihi dinginnya cuaca dan hujan di luar rumah. Aku berpikir aku tidak kuat dan tidak sanggup lagi untuk hidup. Lalu aku mengambil tali dan sebuah kursi, kemudian naik tangga menuju ke loteng rumah. Aku mengencangkan ikatan tali kuat-kuat di palang kayu penopang atap, lalu berdiri di kursi dan mengikatkan ujung tali yang lain di leherku. Aku berdiri di kursi itu dengan hati yang hancur. Saat aku hendak menendang kursi itu, tiba-tiba bel rumahku berbunyi nyaring."

"Aku menunggu beberapa saat sambil bertanya dalam hati, 'siapakah yang membunyikan bel itu?'. Aku menunggu lagi, karena bel itu berkali-kali berbunyi dan semakin lama kedengarannya semakin nyaring, apalagi ketika terdengar ketokan pintu. 'Siapa yang melakukan hal ini?' tanyaku dalam hati, 'Tak ada orang yang pernah membunyikan bel rumah dan mengunjungiku'. Lalu aku mengendorkan ikatan di leherku dan bel yang berbunyi mengiringi langkahku menuju pintu depan di lantai bawah."

"Ketika kubuka pintu, aku hampir tidak percaya dengan apa yang aku lihat, karena di teras rumahku berdiri seorang anak anak laki-laki yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Wajahnya berseri-seri seperti malaikat dan senyumnya... oh aku tidak dapat menggambarkannya pada anda! Dan perkataan yang diucapkannya sungguh menyentuh hatiku yang telah lama beku, 'Ibu, aku hanya ingin mengatakan bahwa Yesus sungguh-sungguh mengasihimu.' Lalu dia memberiku traktat Injil yang saat ini kupegang."

"Saat malaikat kecil itu menghilang dari rumahku, menembus dingin udara dan hujan, aku menutup pintu dan membaca setiap kata dalam traktat Injil ini. Aku kembali ke loteng untuk mengambil tali dan kursi yang akan kupakai untuk bunuh diri, karena aku sudah tidak membutuhkannya lagi. Anda lihat, sekarang aku seorang Anak Raja yang bahagia dan karena ada alamat gereja ini di bagian belakang traktat, maka aku datang ke tempat ini untuk mengucapkan terima kasih pada malaikat kecil yang datang tepat pada waktu aku membutuhkannya. Tindakannya itu telah menyelamatkan jiwaku dari hukuman neraka yang kekal."

Seluruh jemaat di gereja itu meneteskan air mata. Seiring dengan pujian syukur yang dinaikkan untuk memuliakan Raja, yang bergema di setiap sudut bangunan gereja, Pak Pendeta turun dari mimbar dan pergi menuju ke bangku dibarisan depan, tempat dimana "malaikat kecil" itu duduk. Pak Pendeta itu menangis tak tertahankan dalam pelukan anaknya.

-----------------------------
(Special Thanx to writer : YESUS = KASIH)
_________________

"Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat."
2 Pet 3:9

Pertolongan Tuhan selalu tepat pada waktunya...
Ia menawarkan anugerahNya cuma-cuma..
Bahkan di balik setiap peristiwa ia membuatnya supaya engkau percaya bahwa Yesus sangat mengasihimu....

Jangan kuatir, jangan bimbang...
Masih ada Tuhan...
Masih ada Pengharapan...
Masih ada Jawaban...

JESUS LOVES YOU...

Selasa, 22 Februari 2011

TUHAN TAHU KAMU MAMPU

Linda dan Bob Samele mempersiapkan mental saat mereka mendekati pintu kamar rumah sakit. Tetap tenang, Linda berkata pada dirinya sendiri saat ia meraih gagang pintu. Kamu tak ingin merisaukannya lebih dari kerisauannya yang dirasakannya sekarang.

Pada sore bersalju tanggal 23 Desember 1988 itu, anak mereka yang berusia 15 tahun, Chris Samele, sedang jalan - jalan sedang jalan – jalan bersama kelima temannya dari kota Samele, Torrington, Connecticut, ke Warterbury di dekat situ. Tiba-tiba tawa remaja itu berubah menjadi jeritan saat mobil mereka selip di atas genangan es, dan menabrak tiang listrik. Tiga di antaranya, termasuk Chris, terlontar keluar lewat jendela belakang. Satu tewas seketika, yang lain mendapat luka berat.

Chris ditemukan terduduk dipinggiran jalan, menatap dengan pandangan hampa ke aliran darah yang mengucur dari paha kirinya. Enam meter dari situ tergeletak tungkai kirinya, terpotong di bagian lutut , oleh pagar pembatas jalan. Ia dilarikan ke rumah sakit Waterbury untuk dioperasi .Orang tuanya harus menunggu hampir tujuh jam untuk dapat menemuinya.

Sekarang mata Linda penuh air mata saat melihat anaknya di tempat tidur rumah sakit. Bob, seorang tukang pos Torrington, yaitu ayah Chris, meraih tangan Chris. “Pa, kakiku hilang,” anak muda itu perlahan berkata pada ayahnya. Bob mengangguk dan meremas tangannya lebih erat.Setelah hening sebentar, Chris menambahkan ,”Bagaimana dengan karier basketku?”
Bob Samele berusaha mengendalikan perasaannya. Basket sudah disukai Chris sejak dia masih kecil, dan Chris sudah menjadi legenda setempat. Musim sebelumnya, sebagai murid kelas delapan di St. Peter, ia mengumpulkan rata-rata 41 poin yang luar biasa. Sekarang, di kelas sembilan di Torrington High, Chris menciptakan 62 poin dalam dua pertandingan sekolah.”Suatu hari aku akan main di Notre Dame, di depan ribuan orang!” Chris sering berkata begitu pada kedua orangtuanya.”Dan papa mama akan hadir menontonku. ”
Memandang anaknya yang cacat, Bob Samele mencari kata-kata.”Chris,” akhirnya ia berhasil bersuara, “ banyak orang menunggumu di luar, termasuk pelatihmu , Pak Martin.”

Wajah Chris berseri gembira. Lalu, dengan suara pasti, ia berkata, “Pa, katakan padanya , aku akan kembali musim depan. Aku akan main basket lagi!”
Chris menjalani tiga kali operasi lagi pada kaki kirinya dalam waktu tujuh hari. Dari awal , para dokter melihat kumpulan saraf yang robek, pembuluh darah dan otot yang membuat mereka tak mungkin memasangkan kembali tungkai yang putus itu. Chris akan membutuhkan kaki palsu!

Selama ia dirumah sakit Selama tiga setengah minggu, orang yang menengoknya tak pernah surut.”Tak usah merasa sedih untukku,” kata Chris tiap kali ia merasa ada yang mengasihaninya.”Aku bakal baik – baik saja.” Dibelakang semangatnya yang kuat, terdapat kemauan yang tak tertaklukan yang dibentuk oleh iman.Banyak sekali dokter dan perawatnya yang tidak mengerti.

“Bagaimana kamu mengatasi semua ini, Chris?” seorang psikiater bertanya pada suatu hari.”Pernahkah kamu merasa kasihan pada dirimu?’
“Tidak!” anak itu menjawab.”Aku tak melihat bahwa perasaan seperti itu dapat menolong!”
“Apakah kamu merasa getir atau marah?”
“Tidak,” kata Chris.”Saya mencoba memandangnya dengan positif.”
Waktu akhirnya psikiater yang gigih itu keluar dari kamarnya, Chris berkata kepada orangtuanya, “Dia yang sebenarnya butuh pertolongan.”
Chris bekerja keras di rumah sakituntuk memulihkan kekuatan dan koordinasi tubuhnya.Waktu ia sudah cukup kuat, ia melemparkan bola ke keranjang yang dipasang temannya disamping tempat tidurnya.Terapinya yang berat meliputi latihan tubuh atas untuk bisa memakai kruk dan senam untuk memperbaiki keseimbangannya.

Setelah selama dua minggu di rumah sakit, keluarga Samele mempertaruhkan terapi tambahan: Mereka membawa Chris yang duduk di kursi roda, ke pertandingan basket di Torrington High.”Jaga dia baik-baik!” perawat memperingatkan, khawatir akan reaksi yang terjadi.

Anak itu , tak seperti biasanya, diam saja ketika didorong ketempat latihan yang ramai.Namun ketika lewat di tempat duduk, teman-temannya mulai memangil-manggil namanya, dan melambaikan tangan.Lalu, Frank McGowann, wakil sekolah di Torrington High mengumumkan melalui pengeras suara,”Kita kedatangan seorang tamu yang istimewa malam ini.Ayo kita sambut Chris Samele dengan tepuk tangan yang meriah!”
Dengan kaget Chris memandangi kesekelilingnya dan melihat bahwa 900 orang di ruangan itu bersorak – sorai dan bertepuk tangan. Air matanya berlinang. Malam itu tak kan pernah dilupakannya.

Pada tanggal 18 Januari 1989, belum sebulan setelah kecelakaan, Chris boleh pulang.Untuk mengejar ketinggalan pelajarannya selama ini, tiap sore ia didatangi seorang guru les. Kalau sedang tidak belajar, ia diantar ke Rumah Sakit Waterbury untuk terapi lagi. Rasa sakit fisik – kadang tak tertahankan – sudah merupakan bagian hidupnya sehari-hari. Kadang saat bersama orangtuanya menonton televise ia bergoyang maju mundur akibat sakit kakinya yang diamputasi.

Suatu sore yang dingin, Chris pergi ke garasi mobilnya, lalu menaruh kruknya. Setelah memastikan tidak ada orang di ruangan itu, ia mengambil bola basket, dan melompat – lompat pada kaki kanannya, lalu melempar-lempar bola pada keranjang.beberapa kali ia terjembab ke aspal. Setelah 15 menit, ia merasa kecapaian. Ini membutuhkan waktu lebih lama dari yang kuduga, pikirnya, sambil berjalan menuju rumahnya.

Chris mendapat kaki palsu pertama saat tanggal 25 Maret, Jumat Agung. Ia bertanya pada Ed Skewes, direktur rumah sakit, apa ini berarti dia dapat main basket secepatnya. Skewes menjawab ,”Jalani saja sehari demi sehari.” Dokter ini tahu, biasa orang nyaman memakai ini setelah setahun, apalagi berolahraga.
Di basement rumahnya, ia menghabiskan waktu untuk berjalan dan bermain basket. Ia ingin secepatnya bermain basket kembali. Sebagian besar tembakannya jauh dari sasaran dan sering jatuh ke lantai.
Ia teringat saat bertanya pada mamanya apakah Chris dapat bermain basket kembali. Mamanya menjawab,”Mama pikir kamu pasti bisa.” Ibunya benar.Itu semua tergantung kerja keras Chris.

Chris kembali pada awal April dan menyesuaikan diri, kecuali di lapangan basket.Tiap sore, Chris ke lapangan basket hanya untuk menonton teman-temannya bermain. Pada suatu sore pada bulan Mei, Chris menggunakan seragam olahraga. Teman-temannya yang kaget memberi jalan pada Chris yang masuk lapangan tanpa ragu-ragu. Chris melempar bola, lalu melakukan rebound tapi ia jatuh ketanah. Teman – temannya menyorakinya, “ Ayo, Chris, kau pasti bisa!” Tapi Chris tahu kenyataannya: ia tak seperti dulu lagi.

Ketika pertandingan sebelum musim panas, ia melakukan rebound, dan kaki palsunya patah. Ia berpikir, mungkin aku memang tak mampu. Namun, ia tidak menyerah. Ia berlatih lebih rajin dari sebelumnya.Ia melihat kilatan dirinya yang dulu.Ia bertekad akan bermain basket lagi, dan bukan tahun depan. Tahun ini!
Pada hari Senin, setelah Thanksgiving, selama dua hari diadakan laih tanding.Tak ada yang berlatih segiat Chris. Ia berlatih menggiring bola melalui defender, meraih bola nyasar, bahkan mengelilingi gym 10 kali – lebih lambat dari yang lain, tetapi tak pernah gagal menyelesaikannya. Dan saat pagi hari latihan terakhir, ia melihat daftar anggota regu. Di situ tertulis nama – Samele, ia kembali ke regu basket!

Tanggal 15 Desember, setahun kurang 8 hari setelah kecelakaan, 250 orang akan membawa Chris kembali ke lapangan basket. Di kamar ganti Chris gemetaran. Pelatih Anzellotti berkata,” Chris, kamu pasti bisa!” Chris menganguk. Ia pun berlari. Linda dan Bob berdoa. Tuhan jangan membuat anak ini merasa malu.
Chris memulai dengan jump-ball pembuka. Gerakannya kaku dan aneh, tapi Chris berusaha menyamai teman-temannya. 8 menit kemudian Chris diistirahatkan. 2 menit sebelum babak 1 selesai ,Chris diturunkan.Ayo Chris, kamu pasti bisa, katanya dalam hati. Dan pada jarak 6 meter, 3 poin yang jauh, Chris mengambil ancang-ancang, dan masuk – tepat dalam ring.

Gedung itu seakan - akan meledak oleh soraian penonton. “Bagus Chris!”, kata Bob, suaranya parau akibat emosi. Semenit kemudian, Chris merebut rebound, dan melempar bola. Sekali lagi, bolanya masuk. Air mata mengalir di wajah Linda. Kamu berhasil Chris, katanya pada dirinya sendiri. Kamu berhasil!
Chris terus bermain baik. Saat waktu telah habis, Chris mencetak 11 angka.”Kamu hebat!”, kata Bob pada anaknya. Sambil terus berbincang – bincang, orang tuanya tahu, malam ini baru permulaan. Sampai di mobil, Chris berkata, “ Aku tahu kenapa aku masih hidup.”
Dengan kaget Linda bertanya,” Kenapa Chris?”
Chris berkata,”Tuhan tahu aku bisa mengatasinya.Dia menyelamatkan hidupku dari kecelakaan itu karena Dia tahu aku bisa mengatasinya.”





[Chris terus menjadi bintang basket di Torrington High. Chris juga bermain single dan double dalam tennis. Ia bermain menjadi pemain inti di Western New England College di Springfield, Massachusetts, dan bermain basket di kampus Western New England dan dalam musim panas di daerah Torrington. Ia berkeinginan menjadi pelatih basket.]

Sumber :  "Chicken SOup"

PIDATO ANAK 12 TH YANG MEMBUNGKAM PARA PEMIMPIN DUNIA DI PBB

"MUNGKIN ANDA SUDAH PERNAH MENERIMA ARTIKEL INI SEBELUMNYA, TAPI LEBIH BAIK ANDA MENERIMA BERKALI-KALI DARIPADA TIDAK SAMA SEKALI"


Cerita ini berbicara mengenai seorang anak yg bernama Severn Suzuki, seorang anak yg pada usia 9 tahun telah mendirikan Enviromental Children's Organization ( ECO ).

ECO sendiri adalah sebuah kelompok kecil anak yg mendedikasikan diri untuk belajar dan mengajarkan pada anak" lain mengenai masalah lingkungan.

Dan mereka pun diundang menghadiri Konfrensi Lingkungan hidup PBB, dimana pada saat itu Severn yg berusia 12 Tahun memberikan sebuah pidato kuat yg memberikan pengaruh besar ( dan membungkam ) beberapa pemimpin dunia terkemuka.

Apa yg disampaikan oleh seorang anak kecil ber-usia 12 tahun hingga bisa membuat RUANG SIDANG PBB hening, lalu saat pidatonya selesai ruang sidang penuh dengan orang terkemuka yg berdiri dan memberikan tepuk tangan yg meriah kepada anak berusia 12 tahun.

Inilah Isi pidato tersebut: (Sumber: The Collage Foundation)

Halo, nama Saya Severn Suzuki, berbicara mewakili E.C.O - Enviromental Children Organization
Kami adalah kelompok dari Kanada yg terdiri dari anak-anak berusia 12 dan 13 tahun, yang mencoba membuat perbedaan: Vanessa Suttie, Morga, Geister, Michelle Quiq dan saya sendiri. Kami menggalang dana untuk bisa datang kesini sejauh 6000 mil untuk memberitahukan pada anda sekalian orang dewasa bahwa anda harus mengubah cara anda, hari ini di sini juga. Saya tidak memiliki agenda tersembunyi. Saya menginginkan masa depan bagi diri saya saja.

Kehilangan masa depan tidaklah sama seperti kalah dalam pemilihan umum atau rugi dalam pasar saham. Saya berada disini untuk berbicara bagi semua generasi yg akan datang.

Saya berada disini mewakili anak-anak yg kelaparan di seluruh dunia yang tangisannya tidak lagi terdengar.

Saya berada disini untuk berbicara bagi binatang-binatang yang sekarat yang tidak terhitung jumlahnya diseluruh planet ini karena kehilangan habitatnya. Kami tidak boleh tidak di dengar.

Saya merasa takut untuk berada dibawah sinar matahari karena berlubangnya lapisan OZON. Saya merasa takut untuk bernafas karena saya tidak tahu ada bahan kimia apa yg dibawa oleh udara.

Saya sering memancing di Vancouver bersama ayah saya hingga beberapa tahun yang lalu kami menemukan bahwa ikan-ikannya penuh dengan kanker. Dan sekarang kami mendengar bahwa binatang-binatang dan tumbuhan satu persatu mengalami kepunahan tiap harinya - hilang selamanya.

Dalam hidup saya, saya memiliki mimpi untuk melihat kumpulan besar binatang-binatang liar, hutan rimba dan hutan tropis yang penuh dengan burung dan kupu-kupu. Tetapi sekarang saya tidak tahu apakah hal-hal tersebut bahkan masih ada untuk dilihat oleh anak saya nantinya.

Apakah anda sekalian harus khawatir terhadap masalah-masalah kecil ini ketika anda sekalian masih berusia sama serperti saya sekarang?

Semua ini terjadi di hadapan kita dan walaupun begitu kita masih tetap bersikap bagaikan kita masih memiliki banyak waktu dan semua pemecahannya. Saya hanyalah seorang anak kecil dan saya tidak memiliki semua pemecahannya. Tetapi saya ingin anda sekalian menyadari bahwa anda sekalian juga sama seperti saya!

Anda tidak tahu bagaimana caranya memperbaiki lubang pada lapisan ozon kita.
Anda tidak tahu bagaiman cara mengembalikan ikan-ikan salmon ke sungai asalnya.
Anda tidak tahu bagaimana caranya mengembalikan binatang-binatang yang telah punah.

Dan anda tidak dapat mengembalikan hutan-hutan seperti sediakala di tempatnya, yang sekarang hanya berupa padang pasir. Jika anda tidak tahu bagaima cara memperbaikinya. TOLONG BERHENTI MERUSAKNYA!

Disini anda adalah delegasi negara-negara anda. Pengusaha, anggota perhimpunan, wartawan atau politisi - tetapi sebenarnya anda adalah ayah dan ibu, saudara laki-laki dan saudara perempuan, paman dan bibi dan anda semua adalah anak dari seseorang.

Saya hanyalah seorang anak kecil, namun saya tahu bahwa kita semua adalah bagian dari sebuah keluarga besar, yang beranggotakan lebih dari 5 milyar, terdiri dari 30 juta rumpun dan kita semua berbagi udara, air dan tanah di planet yang sama - perbatasan dan pemerintahan tidak akan mengubah hal tersebut.

Saya hanyalah seorang anak kecil namun begitu saya tahu bahwa kita semua menghadapi permasalahan yang sama dan kita seharusnya bersatu untuk tujuan yang sama.

Walaupun marah, namun saya tidak buta, dan walaupun takut, saya tidak ragu untuk memberitahukan dunia apa yang saya rasakan.

Di negara saya, kami sangat banyak melakukan penyia-nyiaan. Kami membeli sesuatu dan kemudian membuang nya, beli dan kemudian buang.
Walaupun begitu tetap saja negara-negara di Utara tidak akan berbagi dengan mereka yang memerlukan.
Bahkan ketika kita memiliki lebih dari cukup, kita merasa takut untuk kehilangan sebagian kekayaan kita, kita takut untuk berbagi.

Di Kanada kami memiliki kehidupan yang nyaman, dengan sandang, pangan dan papan yang berkecukupan - kami memiliki jam tangan, sepeda, komputer dan perlengkapan televisi.

Dua hari yang lalu di Brazil sini, kami terkejut ketika kami menghabiskan waktu dengan anak-anak yang hidup di jalanan. Dan salah satu anak tersebut memberitahukan kepada kami: " Aku berharap aku kaya, dan jika aku kaya, aku akan memberikan anak-anak jalanan makanan, pakaian dan obat-obatan, tempat tinggal, cinta dan kasih sayang " .

Jika seorang anak yang berada dijalanan dan tidak memiliki apapun, bersedia untuk berbagi, mengapa kita yang memiliki segalanya masih begitu serakah?

Saya tidak dapat berhenti memikirkan bahwa anak-anak tersebut berusia sama dengan saya, bahwa tempat kelahiran anda dapat membuat perbedaan yang begitu besar, bahwa saya bisa saja menjadi salah satu dari
anak-anak yang hidup di Favellas di Rio; saya bisa saja menjadi anak yang kelaparan di Somalia ; seorang korban perang timur tengah atau pengemis di India .

Saya hanyalah seorang anak kecil, namun saya tahu bahwa jika semua uang yang dihabiskan untuk perang dipakai untuk mengurangi tingkat kemiskinan dan menemukan jawaban terhadap permasalahan alam, betapa indah jadinya dunia ini.

Di sekolah, bahkan di taman kanak-kanak, anda mengajarkan kami untuk berbuat baik. Anda mengajarkan pada kami untuk tidak berkelahi dengan orang lain, untuk mencari jalan keluar, membereskan kekacauan yang kita timbulkan; untuk tidak menyakiti makhluk hidup lain, untuk berbagi dan tidak tamak. Lalu mengapa anda kemudian melakukan hal yang anda ajarkan pada kami supaya tidak boleh dilakukan tersebut?

Jangan lupakan mengapa anda menghadiri konperensi ini, mengapa anda melakukan hal ini - kami adalah anak-anak anda semua. Anda sekalianlah yang memutuskan, dunia seperti apa yang akan kami tinggali. Orang tua seharus nya dapat memberikan kenyamanan pada anak-anak mereka dengan mengatakan, " Semuanya akan baik-baik saja , 'kami melakukan yang terbaik yang dapat kami lakukan dan ini bukanlah akhir dari
segalanya."

Tetapi saya tidak merasa bahwa anda dapat mengatakan hal tersebut kepada kami lagi. Apakah kami bahkan ada dalam daftar prioritas anda semua? Ayah saya selalu berkata, "Kamu akan selalu dikenang karena perbuatanmu, bukan oleh kata-katamu" .

Jadi, apa yang anda lakukan membuat saya menangis pada malam hari. Kalian orang dewasa berkata bahwa kalian menyayangi kami. Saya menantang A N D A , cobalah untuk mewujudkan kata-kata tersebut.

Sekian dan terima kasih atas perhatiannya.
***********

Servern Cullis-Suzuki telah membungkam satu ruang sidang Konperensi PBB, membungkam seluruh orang-orang penting dari seluruh dunia hanya dengan pidatonya. Setelah pidatonya selesai serempak seluruh orang yang hadir diruang pidato tersebut berdiri dan memberikan tepuk tangan yang meriah kepada anak berusia 12 tahun itu.

Dan setelah itu, ketua PBB mengatakan dalam pidatonya:

" Hari ini saya merasa sangatlah malu terhadap diri saya sendiri karena saya baru saja disadarkan betapa pentingnya linkungan dan isinya disekitar kita oleh anak yang hanya berusia 12 tahun, yang maju berdiri di mimbar ini tanpa selembarpun naskah untuk berpidato. Sedangkan saya maju membawa berlembar naskah yang telah dibuat oleh asisten saya kemarin. Saya ... tidak kita semua dikalahkan oleh anak yang berusia 12 tahun "

Senin, 21 Februari 2011

KAISAR segala Kaisar

“Aku kenal manusia, dan aku katakan padamu bahwa Yesus Kristus bukanlah manusia. Pikiran awam melihat kemiripan antara Kristus dengan para pendiri kerajaan besar, dan tuhan agama lain. Kemiripan itu tidak ada. Antara kekristenan dengan apapun agama lain ada jarak yang tak terhingga..” Napoleon Bonaparte (1769-1821), Kaisar Prancis.
 Napoleon menyatakan pikiran itu saat dalam pengasingan di batu karang St. Helena. Disana sang penakluk Eropa ini memiliki waktu untuk merenungkan hasil yang dicapainya. Dia memanggil Count Montholon dan bertanya padanya, ”Bisakah kau memberi tahu aku, siapakah Yesus Kristus itu?”. bangsawan itu tidak dapat menjawabnya. Maka Napoleon pun berkata : ”Baiklah kalau begitu, aku yang akan mengatakannya padamu. Alexander, Julius Caesar, Charlemagne dan aku sendiri telah mendirikan kekaisaran yang besar; tapi dimana semua karya yang jenius mendasar? Pada kekuatan pemaksaan. Yesus sendiri mendirikan kerajaannya berdasarkan cinta, dan sampai hari ini jutaan orang siap mati untuk-Nya… Aku merasa aku mengerti sesuatu mengenai sifat dasar manusia. Dan aku katakan padamu , mereka itu semua manusia (para penakluk), dan aku juga manusia; tapi tidak ada yang seperti Dia. Yesus Kristus lebih dari seorang manusia… Aku telah menginspirasi banyak orang dengan semangat antusiasme sehingga mereka mau mati untukku… tapi untuk hal ini, hal yang utama harus memiliki sengatan pengaruh dalam penampilanku, dalam kata-kataku, dan dalam suaraku. Saat aku melihat seseorang dan berbicara dengannya, aku menyalakan api kesetiaan dihatinya padaku… Kristus sendiri telah sukses melakukan hal ini di dalam pikiran orang banyak, padahal dia tidak terlihat, dan hal itu terus berlangsung menembus waktu dan tempat. Melewati waktu dan kekacauan selama puluhan abad. Padahal Yesus Kristus menuntut hal yang jauh lebih tinggi dibandingkan siapapun, yang sangat sulit untuk dipenuhi; Dia meminta sesuatu yang sangat sulit dilakukan bahkan oleh seorang filsuf pada temannya, atau seorang ayah pada anaknya, atau seorang suami pada isterinya, atau seseorang pada saudaranya. Dia meminta hati seseorang; Dan Dia memintanya seluruhnya hanya untuk-Nya. Dia menuntut semua hal itu tanpa syarat; Dan semua permintaan-Nya harus dipenuhi dengan segera. Luar biasa! Dalam tantangan waktu dan tempat, jiwa seseorang, dengan segala kekuatan dan kemampuannya, menjadi satu masuk dalam kerajaan Kristus. Semua yang percaya pada-Nya; mengalami pengalaman kasih yang luar biasa tertuju kepada-Nya. Fenomena ini tidak terhitung; itu semua jauh dari jangkauan kekuatan rekayasa seorang manusia. Waktu membuktikan, para penakluk terbesarpun tidak berdaya menghadapi api suci ini. Waktu juga tidak bisa memupuskan kekuatannya ataupun membatasi jangkauannya. Inilah, yang mana paling memukul saya; Saya seringkali memikirkannya. Inilah yang membuktikan pada saya dengan seyakin-yakinnya, keTuhanan Yesus Kristus.”

Diterjemahkan dari ”Jesus Among other Gods” oleh Ravi Zacharias 2000, W. Publishing Group, Nashville, Tennesseee

Minggu, 20 Februari 2011

Sang Juara

Suatu ketika, ada seorang anak yang mengikuti sebuah lomba mobil balap mainan. Suasana sungguh meriah siang itu, sebab, ini adalah babak final. Hanya tersisa 4 orang sekarang dan mereka memamerkan setiap mobil mainan yang dimiliki. Semuanya buatan sendiri, sebab, memang begitulah peraturannya.

Ada seorang anak nernama Mark. Mobilnya tak istimewa, namun ia termasuk dalam 4 anak yang masuk final. Dibanding semua lawannya, mobil Mark lah yang paling tak sempurna. Beberapa anak menyangsikan kekuatan mobil itu untuk berpacu melawan mobilnya. yah, memang, mobil itu tidak begitu menarik. Dengan kayu yang sederhana dan sedikit lampu kedip diatasnya, tentu tak sebanding dengan hiasan mewah yang dimiliki mobil mainan lainnya. Namun, Mark bangga dengan itu semua, sebab mobil itu buatan tangannya sendiri.

Tibalah saat yang dinantikan. Final kejuaraan mobil balap mainan. Setiap anak mulai bersiap di garis start, untuk mendorong mobil mereka kencang - kencang. Di setiap jalur lintasan, telah siap 4 mobil, dengan 4 "pembalap" kecilnya. Lintasan itu berbentuk lingkaran dengan 4 jalur terpisah diantaranya. Namun, sesaat kemudaian, Mark meminta waktu sebentar sebelum lomba dimulai. Ia tampak berkomat - kamit seperti sedang berdoa. Matanya terpejam, dengan tangan yang bertangkup memanjatkan do'a. Lalu, semenit kemudian, ia berkata "Ya aku siap!".

Dor. Tanda telah dimulai. Dengan satu hentakan kuat, mereka mulai mendorong mobilnya kuat - kuat. Semua mobil itu pun meluncur dengan cepat. Setiap orang bersorak - sorai, bersemangat, menjagokan mobilnya masing - masing. : Ayo...ayo... cepat..cepat, maju...maju", begitu teriak mereka. Ahha... sang pemenang harus ditentukan, tali lintasan finish pun telah terlambai. Dan, Mark lah pemenangnya. Ya, semuanya senang, begitu juga Mark. Ia berucap, dan berkomat - kamit lagi dalam hati. "Terima kasih." saat pembagian piala tiba. Mark maju ke depan dengan bangga. Sebelum piala itu diserahkan, ketua panitia bertanya. " Hai jagoan, kamu pasti tadi berdoa kapada Tuhan agar kamu menang bukan?". Mark terdiam. " Bukan, Pak, bukan itu yang aku panjatkan" kata Mark. Ia lalu melanjutkan, " Sepertinya, tak adil untuk meminta pada Tuhan untuk menolongmu untuk mengalahkan orang lain. " Aku , hanya bermohon pada Tuhan, supaya aku tak menangis, jika aku kalah." Semua hadirin terdiam mendengar itu. Setelah beberapa saat, terdengarlah gemuruh tepuk - tangan yang memenuhi ruangan.

PS :
Anak - anak tampaknya lebih punya kebijaksanaan dibanding kita semua. Mark, tidaklah bermohon pada Tuhan untuk menang dalam setiap ujian. Mark, tak memohon Tuhan untuk meluluskan dan mengatur setiap hasil yang ingin diraihnya. Anak itu juga tak meminta Tuhan mengabulkan semua harapanya. Ia tak berdoa untuk menang, dan menyakiti yang lainnya. Namun, Mark, bermohon kepada Tuhan, agar diberikan kekuatan saat menghadapi itu semua.

Mungkin, telah banyak waktu yang kita lakukan untuk berdoa pada Tuhan untuk mengabulkan setiap permintaan kita. Terlalu sering juga kita meminta Tuhan untuk menjadikan kita nomor satu, menjadi yang terbaik, menjadi pemenang setiap ujian. Terlalu sering kita berdoa kepada Tuhan. untuk menghalau setiap halangan dan cobaan yang ada di depan mata. Padahal, bukankah yang kita butuh adalah bimbingan- Nya, tuntunan-Nya, dan panduan-Nya? Kita, sering terlalu lemah untuk percaya bahwa kita kuat. Kita sering lupa, dan kita sering merasa cengeng dengan kehidupan ini. Tak adakah semangat perjuangan yang mau kita lalui? Saya yakin, Tuhan memberikan kita ujian yang berat, bukan untuk membuat kita lemah, cengeng dan mudah menyerah tetapi agar kita menjadi semakin kuat untuk menghadapi dunia ini. God's Love you

Sabtu, 19 Februari 2011

Malaikat Pelindung

Suatu ketika, ada seorang bayi yang siap untuk di lahirkan. Maka ia bertanya kepada Tuhan. “ Ya Tuhan Engkau akan mengirimku ke Bumi. Tapi aku takut, aku masih sangat kecil dan tak berdaya. Siapakah nanti yang akan melindungi aku di sana.? “
  Tuhah menjawab. “ Diantara semua malaikatku, Aku akan memilih seorang yang khusus untuk mu. Dia akan merawat dan mengasihimu. “ Si Kecil bertanya lagi. “ Tapi, disini, disurga ini, aku tak berbuat apa-apa, kecuali tersenyum dan bernyanyi. Semua itu cukup membuat aku bahagia. “ Tuhan pun menjawab, “ Tak apa, malaikat itu akan menyenandungkan lagu untukmu, dan dia akan membuat kamu tersenyum setiap hari. Kamu akan merasa cinta dan kasih sayang, dan itu semua akan membuat kamu selalu bahagia.” Namun si Kecil bertanya lagi “ Bagaimana aku mengerti ucapan mereka, jika aku tak tahu bahasa yang mereka pakai ? “

  Tuhanpun menjawab “ Malaikat itu, akan membisikan kata-kata yang paling indah, dia akan selalu sabar di sampingmu, dan dengan kasihnya, dia akan mengajarkanmu berbicara dengan bahasa manusia. “ Sikecil bertanya lagi, “ Lalu bagaimana kalau aku ingin berbicara padamu, Ya Tuhan ?”

  Tuhanpun kembali menjawab, “ Malaikat itu, akan membimbingmu. Dia akan menengadahkan tangannya bersamamu dan mengajarkanmu berdoa. “ Lagi-lagi si kecil bertanya “Namun, aku mendengar, disana ada banyak sekali orang jahat, siapakah nanti yang akan melindungiku? “

  Tuhanpun menjawab “ Tenang, malaikatmu, akan selalu melindungimu, walaupun nyawa menjadi taruhannya. Dia sering akan melupakan kepentingannya sendiri untuk keselamatanmu. “ Namun, sikecil kini malah sedih, “ Ya Tuhan, tentu aku akan sedih jika tak melihat-Mu lagi. “

  Tuhan menjawab lagi, “ Malaikatmu, akan selalu mengajarkanmu keagungan-Ku dan dia akan mendidikmu, bagaimana agar selalu patuh dan taat kepada-Ku. Dia akan selalu membimbingmu untuk selalu mengingat-Ku. Walau begitu, aku akan selalu disisimu.”

  Hening, kedamaianpun tetap menerpa surga. Namun suara-suara panggilan dari bumi terdengar sayup-sayup. Ya Tuhan, aku akan pergi sekarang, tolong sebutkan malaikat yang akan melindungiku.”

Tuhan kembali menjawab, “ Nama malaikatmu tak penting, Kamu akan memanggilnya dengan sebutan : Ibu … . “

From a friend : "I cry when read this guys, u must read 2"

Cerita di bawah ini tentang Brian Moore yang berusia 17 tahun, ditulis olehnya sebagai tugas sekolah. Pokok bahasannya tentang sorga itu seperti apa. "Aku membuat mereka terperangah," kata Brian kepada ayahnya, Bruce. "Cerita itu bikin heboh. Tulisan itu seperti sebuah bom saja. Itulah yang terbaik yang pernah aku tulis." Dan itu juga merupakan tulisannya yang terakhir. Orangtua Brian telah melupakan esai yang ditulis Brian ini sampai seorang saudara sepupu menemukannya ketika ia membersihkan kotak loker milik remaja itu di SMA Teays Valley, Pickaway County, Ohio.

Brian baru saja meninggal beberapa jam yang lalu, namun orangtuanya mati-matian mencari setiap barang peninggalan Brian: surat-surat dari teman-teman sekolah dan gurunya,dan PR-nya.Hanya dua bulan sebelumnya, ia telah menulis sebuah esai tentang pertemuannya dengan Tuhan Yesus disuatu ruang arsip yang penuh kartu-kartu yang isinya memerinci setiap saat dalam kehidupan remaja itu. Tetapi baru setelah kematian Brian, Bruce dan Beth, mengetahui bahwa anaknya telah menerangkan pandangannya tentang sorga.

Tulisan itu menimbulkan suatu dampak besar sehingga orang-orang ingin membagikannya. "Anda merasa seperti ada di sana," kata pak Bruce Moore. Brian meninggal pada tanggal 27 Mei, 1997,satu hari setelah Hari Pahlawan Amerika Serikat. Ia sedang mengendarai mobilnya pulang ke rumah dari rumah seorang teman ketika mobil itu keluar jalur Jalan Bulen Pierce di Pickaway County dan menabrak suatu tiang. Ia keluar dari mobilnya yang ringsek tanpa cedera namun ia menginjak kabel listrik bawah tanah dan kesetrum.

Keluarga Moore membingkai satu salinan esai yang ditulis Brian dan menggantungkannya pada dinding di ruang keluarga mereka. "Aku pikir Tuhan telah memakai Brian untuk menjelaskan suatu hal. Aku kira kita harus menemukan makna dari tulisan itu dan memetik manfaat darinya," kata Nyonya Beth Moore tentang esai itu.

Nyonya Moore dan suaminya ingin membagikan penglihatan anak mereka tentang kehidupan setelah kematian. "Aku bahagia karena Brian. Aku tahu dia telah ada di sorga. Aku tahu aku akan bertemu lagi dengannya."

Inilah esai Brian yang berjudul "Ruangan".

Di antara sadar dan mimpi, aku menemukan diriku di sebuah ruangan. Tidak ada ciri yang mencolok di dalam ruangan ini kecuali dindingnya penuh dengan kartu-kartu arsip yang kecil. Kartu-kartu arsip itu seperti yang ada di perpustakaan yang isinya memuat judul buku menurut pengarangnya atau topik buku menurut abjad.

Tetapi arsip-arsip ini, yang membentang dari dasar lantai ke atas sampai ke langit-langit dan nampaknya tidak ada habis-habisnya di sekeliling dinding itu, memiliki judul yang berbeda-beda.

Pada saat aku mendekati dinding arsip ini, arsip yang pertama kali menarik perhatianku berjudul "Cewek-cewek yang Aku Suka". Aku mulai membuka arsip itu dan membuka kartu-kartu itu. Aku cepat-cepat menutupnya, karena terkejut melihat semua nama-nama yang tertulis di dalam arsip itu. Dan tanpa diberitahu siapapun, aku segera menyadari dengan pasti aku ada dimana.

Ruangan tanpa kehidupan ini dengan kartu-kartu arsip yang kecil-kecil merupakan sistem katalog bagi garis besar kehidupanku. Di sini tertulis tindakan-tindakan setiap saat dalam kehidupanku, besar atau kecil, dengan rincian yang tidak dapat dibandingkan dengan daya ingatku. Dengan perasaan kagum dan ingin tahu, digabungkan dengan rasa ngeri, berkecamuk di dalam diriku ketika aku mulai membuka kartu-kartu arsip itu secara acak, menyelidiki isi arsip ini. Beberapa arsip membawa sukacita dan kenangan yang manis; yang lainnya membuat aku malu dan menyesal sedemikian hebat sehingga aku melirik lewat bahu aku apakah ada orang lain yang melihat arsip ini.

Arsip berjudul "Teman-Teman" ada di sebelah arsip yang bertanda "Teman-teman yang Aku Khianati". Judul arsip-arsip itu berkisar dari hal-hal biasa yang membosankan sampai hal-hal yang aneh. "Buku-buku Yang Aku Telah Baca". "Dusta-dusta yang Aku Katakan". "Penghiburan yang Aku Berikan"."Lelucon yang Aku Tertawakan". Beberapa judul ada yang sangat tepat menjelaskan kekonyolannya: "Makian Buat Saudara-saudaraku".

Arsip lain memuat judul yang sama sekali tak membuat aku tertawa: "Hal-hal yang Aku Perbuat dalam Kemarahanku.", "Gerutuanku terhadap Orangtuaku". Aku tak pernah berhenti dikejutkan oleh isi arsip-arsip ini. Seringkali di sana ada lebih banyak lagi kartu arsip tentang suatu hal daripada yang aku bayangkan. Kadang-kadang ada yang lebih sedikit dari yang aku harapkan. Aku terpana melihat seluruh isi kehidupanku yang telah aku jalani seperti yang direkam di dalam arsip ini.

Mungkinkah aku memiliki waktu untuk mengisi masing-masing arsip ini yang berjumlah ribuan bahkan jutaan kartu? Namun setiap kartu arsip itu menegaskan kenyataan itu. Setiap kartu itu tertulis dengan tulisan tanganku sendiri. Setiap kartu itu ditanda-tangani dengan tanda tanganku sendiri.

Ketika aku menarik kartu arsip bertanda "Pertunjukan-pertunjukan TV yang Aku Tonton", aku menyadari bahwa arsip ini semakin bertambah memuat isinya. Kartu-kartu arsip tentang acara TV yang kutonton itu disusun dengan padat, dan setelah dua atau tiga yard, aku tak dapat menemukan ujung arsip itu.Aku menutupnya, merasa malu, bukan karena kualitas tontonan TV itu, tetapi karena betapa banyaknya waktu yang telah aku habiskan di depan TV seperti yang ditunjukkan di dalam arsip ini.

Ketika aku sampai pada arsip yang bertanda "Pikiran-Pikiran yang Ngeres", aku merasa merinding di sekujur tubuhku. Aku menarik arsip ini hanya satu inci, tak mau melihat seberapa banyak isinya, dan
menarik sebuah kartu arsip. Aku terperangah melihat isinya yang lengkap dan persis. Aku merasa mual mengetahui bahwa ada saat di hidupku yang pernah memikirkan hal-hal kotor seperti yang dicatat di kartu itu. Aku merasa marah.

Satu pikiran menguasai otakku: Tak ada seorangpun yang boleh melihat isi kartu-kartu arsip ini! Tak ada seorangpun yang boleh memasuki ruangan ini! Aku harus menghancurkan arsip-arsip ini! Dengan mengamuk bagai orang gila aku mengacak-acak dan melemparkan kartu-kartu arsip ini. Tak peduli berapa banyaknya kartu arsip ini, aku harus mengosongkannya dan membakarnya. Namun pada saat aku mengambil dan menaruhnya di suatu sisi dan menumpuknya di lantai, aku tak dapat menghancurkan satu kartupun. Aku mulai menjadi putus asa dan menarik sebuah kartu arsip, hanya mendapati bahwa kartu itu sekuat baja ketika aku mencoba merobeknya. Merasa kalah dan tak berdaya, aku mengembalikan kartu arsip itu ke tempatnya. Sambil menyandarkan kepalaku di dinding, aku mengeluarkan keluhan panjang yang mengasihani diri sendiri.
..............
Dan kemudian aku melihatnya. Kartu itu berjudul"Orang-orang yang Pernah Aku Bagikan Injil". Kotak arsip ini lebih bercahaya dibandingkan kotak arsip di sekitarnya, lebih baru, dan hampir kosong isinya. Aku tarik kotak arsip ini dan sangat pendek, tidak lebih dari tiga inci panjangnya.Aku dapatmenghitung jumlah kartu-kartu itu dengan jari di satu tangan. Dan kemudian mengalirlah air mataku. Aku mulai menangis. Sesenggukan begitu dalam sehingga sampai terasa sakit. Rasa sakit itu menjalar dari dalam perutku dan mengguncang seluruh tubuhku. Aku jatuh tersungkur, berlutut, dan menangis. Aku menangis karena malu, dikuasai perasaanyang memalukan karena perbuatanku. Jajaran kotak arsip ini membayang di antara air mataku. Tak ada seorangpun yang boleh melihat ruangan ini, tak seorangpun boleh.

Aku harus mengunci ruangan ini dan menyembunyikan kuncinya. Namun ketika aku menghapus air mata ini, aku melihat Dia.

Oh, jangan! Jangan Dia! Jangan di sini. Oh, yang lain boleh asalkan jangan Yesus! Aku memandang tanpa daya ketika Ia mulai membuka arsip-arsip itu dan membaca kartu-kartunya.ku tak tahan melihat bagaimana reaksi-Nya. Dan pada saat aku memberanikan diri memandang wajah-Nya, aku melihat dukacita yang lebih dalam dari pada dukacitaku. Ia nampaknya dengan intuisi yang kuat mendapati kotak-kotak arsip yang paling buruk.

Mengapa Ia harus membaca setiap arsip ini? Akhirnya Ia berbalik dan memandangku dari seberang di ruangan itu. Ia memandangku dengan rasa iba di mata-Nya. Namun itu rasa iba, bukan rasa marah terhadapku. Aku menundukkan kepalaku, menutupi wajahku dengan tanganku, dan mulai menangis lagi. Ia berjalan mendekat dan merangkulku. Ia seharusnya dapat mengatakan banyak hal. Namun Ia tidak berkata sepatah katapun. Ia hanya menangis bersamaku.

Kemudian Ia berdiri dan berjalan kembali ke arah dinding arsip-arsip. Mulai dari ujung yang satu di ruangan itu, Ia mengambil satu arsip dan, satu demi satu, mulai menandatangani nama-Nya di atas tanda tanganku pada masing-masing kartu arsip. "Jangan!" seruku bergegas kearah-Nya. Apa yang dapat aku katakan hanyalah "Jangan, jangan!" ketika aku merebut kartu itu dari tangan-Nya. Nama-Nya jangan sampai ada dikartu-kartu arsip itu. Namun demikian tanpa dapat kucegah, tertulis di semua kartu itu nama-Nya dengan tinta merah,begitu jelas, dan begitu hidup. Nama Yesus menutupi namaku. Kartu itu ditulisi dengan darah Yesus! Ia dengan lembut mengambil kembali kartu-kartu arsip yang aku rebut tadi. Ia tersenyum dengan sedih dan mulai menandatangani kartu-kartu itu. Aku kira aku tidak akan pernah mengerti bagaimana Ia melakukannya dengan demikian cepat, namun kemudian segera menyelesaikan kartu terakhir dan berjalan mendekatiku. Ia menaruh tangan-Nya di pundakku dan berkata, "Sudah selesai!"

Aku bangkit berdiri, dan Ia menuntunku ke luar ruangan itu. Tidak ada kunci di pintu ruangan itu. Masih ada kartu-kartu yang akan ditulis dalam sisa kehidupanku.

"Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini,sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." (Yohanes 3:16)

Introduction

Langkah awal menjadi seorang bloger. mungkin ini akan menjadi permulaan juga buat kalian membaca cerita-cerita mimpi dari gw. Dengan ini perjalanan Adhie Sang Pemimpi akan dimulai didunia maya. Selamat menikmati