Selasa, 26 April 2011

Tanda Salib Di Langit

Dalam 1 galaxy ada 300 milyar bintang. Di dalam alam semesta yang diciptakan Tuhan yang dikenal oleh manusia, ada sekitar 100 juta galaxy. Salah satunya adalah galaxy yang bernama Whirlpool Galaxy (Messier 51a), sering disebut sebagai ‘the darling of astronomy’ dengan jaraknya 31 juta tahun cahaya dari bumi.

Lewat teropong Hubble yang mengorbit sekitar 569 Km di atas permukaan bumi, maka diketahui ada lubang hitam di Whirlpool Galaxy. Ada gambar “X” (salib), sebuah tanda tangan dari Tuhan ditempatkan di jagad raya ini…

“Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya;” (Mazmur 19:2)

Tetapi hal yang berikut ini lebih dahsyat lagi.
“Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya.” (Mazmur 139:14)

Kita akan melihatnya lewat sesuatu yang ada di dalam diri kita, protein yang bernama ‘Laminin’. Sebuah komponen dalam tubuh yang memastikan semua struktur tubuh tertopang bersama-sama. Laminin itu seperti lem yang menyatukan seluruh stuktur tubuh. Perlu diketahui bahwa laminin tersebut berbentuk salib. Bahan yang menopang seluruh struktur tubuh kita konfigurasinya berbentuk salib!

“He is before all things, and in him all things hold together.” (Kolose 1:17 NIV)

Ada salib yang terpampang di langit, dan juga di sel tubuh kita. Alam semesta ---termasuk tubuh kita--- mengenal siapa Penciptanya. Pengorbanan-Nya di atas kayu salib sendiri adalah cara-Nya untuk berkata “Aku sangat mencintai engkau”. Jadi tanda salib sebanarnya adalah tanda cinta…

Suatu malam jika engkau meragukan cinta-Nya, menengadahlah ke langit, ada tanda cinta-Nya di sana, di antara bintang-bintang…

Minggu, 24 April 2011

Boiling Water

Seorang koki yang juga seorang hamba Tuhan, mendengar tentang kehidupan putranya yang sedang melalui banyak masalah… Sang koki takut putranya tidak akan sanggup bertahan kemudian melakukan hal-hal bodoh. Maka suatu hari dia menghubungi putranya dan memintanya untuk mampir sebentar di rumah makan milik keluarga mereka. Putranya datang sesaat sebelum rumah makan tutup, ayahnya menyambutnya di pintu depan dan mengajaknya ke dapur.

Sang ayah mengisi tiga buah panci penuh dengan air kemudian meletakkannya di atas api. Air di ketiga buah panci itu dibiarkan sampai mendidih. Kemudian sang ayah menaruh sebuah wortel di dalam panci yang pertama, sebutir telur di dalam panci yang kedua, dan beberapa sendok bubuk kopi di dalam panci yang ketiga, kemudian dibiarkan lagi selama hampir 20 menit.

Selama proses itu, ayah dan anak itu berbincang-bincang tentang masalah-masalah ringan sehari-hari. Bagaimana tentang presiden yang baru terpilih, keadaan cuaca, kemacetan lalu lintas… Tak sekalipun sang ayah menyinggung tentang masalah-masalah yang sedang dilalui putranya. Padahal putranya hampir yakin bahwa dia dipanggil ayahnya untuk diceramahi bagaimana menjadi orang muda Kristen yang baik. Tapi ternyata tidak, tidak malam itu. Mereka hanya berbincang-bincang sambil ayahnya memasak.

Tak lama kemudian ayahnya mematikan api. Ia menyisihkan wortel dan meletakkannya di atas sebuah mangkok, telur di atas mangkok yang lain, dan menuang kopi ke dalam mangkok yang lain lagi. Sambil menata rebusan itu ayanya mulai berbicara,

“Ketiga bahan ini telah mengalami proses yang sama: perebusan… Tapi masing-masing telah menunjukkan reaksi yang berbeda. Orang-orang Kristen juga mengalami masalahnya masing-masing, dan masing-masing telah menunjukkan reaksi yang berbeda pula.

Wortel adalah sebuah bahan yang kuat, keras dan sukar dipatahkan. Tetapi setelah direbus menjadi lembut dan lunak. Sebagian orang Kristen menunjukkan reaksi yang sama ketika mengalami masalah; menyerah, menjadi lunak dan kehilangan kekuatan mereka.

Telur sebelumnya mudah pecah. Cangkang tipisnya melindungi isinya yang berupa cairan. Tetapi setelah direbus, isinya menjadi keras. Sebagian orang Kristen juga menunjukkan reaksi ini; awalnya memiliki hati yang lembut dengan jiwa yang dinamis. Tapi masalah merubah mereka menjadi pahit, dengan hati yang keras dan kaku.

Tapi alangkah baiknya jika kita bisa seperti bubuk kopi. Sesaat setelah bersentuhan dengan air mendidih, pada saat itu juga dia mulai mempengaruhi didihan air itu. Bahkan ketika air mencapai suhunya yang terpanas, kopi juga akan mencapai rasa dan aromanya yang paling nikmat…”

----------

Kesetiaan Tuhan membuatnya tidak akan pernah membiarkan kita dicobai melampaui batas kekuatan (I Korintus 10:13). Dan ujian selalu dimaksudkan untuk memunculkan yang terbaik dari setiap anak-anak-Nya (Ayub 23:10).

Sabtu, 16 April 2011

Kebaikan Yang Tidak Berakhir

Seorang putra dari sebuah keluarga kaya sedang bermain-main di dalam hutan dekat rumahnya, ketika dia terjatuh dan terperosok ke dalam kubangan lumpur. Dia berusaha untuk memanjat keluar dari kubangan itu, tapi tubuh kecilnya belum cukup kuat. Beruntung seorang petani lewat dekat situ dan mendengar tangisannya. Tak menunggu lama, petani itu melompat turun dan mengangkat anak itu keluar dari dalam kubangan…

Keesokkan harinya ayah si anak datang untuk menyatakan terima kasihnya kepada sang petani. Orang kaya itu menawarkan berbagai hal untuk membalas budi kebaikan petani itu. Tapi petani itu menolak dengan rendah hati…
Sampai akhirnya orang kaya itu menawarkan untuk menyekolahkan putra petani itu untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Suatu hal yang tidak mungkin dapat dilakukan sendiri oleh sang petani, karena tidak mungkin sanggup membiayainya. Akhirnya putra petani itu disekolahkan di St. Mary's Hospital Medical School di London, dengan dibiayai sepenuhnya oleh orang kaya itu.

Anak petani itu memanfaatkan kesempatan ini dengan belajar sungguh-sungguh. Sampai akhirnya menemukan sebuah penemuan besar: obat penisilin. Dunia kemudian mengenalnya dengan nama Sir Alexander Fleming.

Bertahun-tahun kemudian, putra dari keluarga kaya yang pernah ditolong ayahnya itu menderita penyakit pneumonia. Dan satu-satunya obat yang bisa menyelamatkan nyawanya adalah penisilin. Putra keluarga kaya itu kemudian sembuh dan melanjutkan hidupnya. Dunia kemudian mengenalnya dengan nama Sir Winston Churchill.

----------

Kita melihat bagaimana kebaikan kembali kepada mereka yang melakukan kebaikan. Seperti benih yang ditabur dan menghasilkan buah. Bahkan sekalipun kita tidak akan pernah melihat buah dari kebaikan yang kita lakukan itu, tetaplah berbuat baik. Seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia…

Jadi kalau hari ini Tuhan menuntun jalanmu kepada orang yang membutuhkan uluran tangan, ulurkanlah tanganmu, dan jadikanlah itu uluran tangan Tuhan bagi mereka…




Tuhan Yesus memberkati…

Kamis, 07 April 2011

Misteri Cinta

Thomas Carlyle, seorang penulis asal Inggris, menikah dengan Jane Welsh yang juga berprofesi sebagai penulis. Jane mendedikasikan hidup dan keberhasilannya untuk menjadi isteri yang baik bagi suaminya…

Thomas menderita beberapa penyakit dan juga gangguan saraf, karena itu dia kadang bertemperamen kasar. Jane sangat memahami masalah yang dihadapi suaminya. Dia menyediakan makanan khusus untuk Thomas dan mengusahakan keadaan dirumah mereka senyaman dan setenang mungkin, sehingga Thomas bisa terus menulis. Sekalipun seperti itu, Thomas hampir tidak pernah menunjukkan penghargaannya terhadap Jane. Juga jarang sekali menghabiskan waktu bersama-sama isterinya itu.

Tapi Jane kemudian menyadari bahwa Thomas mencintainya sepenuh hati, ketika menemukan surat yang Thomas kirimkan kepada ibunya. Dalam surat itu Thomas menulis tentang Jane:
“Aku dapat mengatakan di dalam hatiku bahwa dia mencintaiku dengan penuh kesetiaan, yang merupakan sebuah misteri bagiku bagaimana aku layak untuk menerimanya. Dia terlihat begitu riang dan lembut, yang masuk dalam kemuramanku, sebuah harapan baru muncul setiap kali aku menatap matanya...”

----------

Mengapa Yesus Kristus mencintai kita masih merupakan misteri sampai hari ini. Dan lebih tak terjelaskan lagi bagaimana orang berdosa seperti kita layak menerimanya… Sedemikian lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya, sebuah cinta yang melampaui segala pengetahuan. (Efesus 3:18-19)

Karena itulah hidup kita akan selalu dilimpahi dengan seluruh kepenuhan Allah. (Efesus 3:19) Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita, (Efesus 3:20)